Definisi pelayanan - SETIAP orang dalam setiap organisasi bekerja untuk konsumen.
Setiap orang bekerja untuk membuat konsumen senang dengan nilai yang mereka
terima atas uang mereka. Bagi konsumen, nilai yang memuaskan didasarkan pada
kualitas produk, pengiriman tepat waktu, penukaran barang tanpa perdebatan,
buah segar di mangan, bonus tambahan, senyum tulus, ucapan terima kasih yang
sungguh-sungguh, atau selalu diberi informasi tentang status pesanan, perkara
hukum, atau proyek riset. Konsumen menghargai pekerjaan bagus para pegawai dengan
membeli lebih banyak produk atau layanan atau menceritakan pada orang lain
hal-hal baik tentang perusahaan pegawai tersebut. Pada saat konsumen membeliproduk, uang tersebut digunakan untuk mendanai pengeluaran gaji, cuti, dan jam
istirahat pegawai.
Jika konsumen menganggap mereka tidak mendapatkan nilai yang
sepadan dengan uang yang mereka keluarkan, dan mereka membelanjakan uang mereka
di tempat lain, maka perusahaan penjual tersebut mendapat lebih sedikit uang
untuk membayar pegawainya, atau untuk hal lain. Jika perusahaan mengalami
kerugian, maka perusahaan dipaksa mengurangi biaya agar tetap benahan. Jika
seorang, atau sekelompok pegawai, tidak menghasilkan laba ekonomis yang lebih
besar daripada apa yang ia atau mereka bebankan pada perusahaan, maka tersebut akan dikurangi dan pegawai tersebut
akan diperhentikan. Penghentian tersebut adalah akibat langsung dari hilangnya
konsumen.
Konsumen memecat pegawai setiap hari karena berbagai alasan. Konsumen yang abaikan atau diperlakukan dengan kasar meninggalkan took,
restoran, atau binatu. Konsumen yang dibingungkan dengan jargon atau
tergangguoleh tekanan penjualan akan meninggalkan ruang pameran, pusat
penjualan, atau dealer. Konsumen yang pesanannya tidak dikirim sesuai dengan
perjanjian akan menolak kiriman tersebut atau membeli dari sumber yang lain
pada kesempatan berikutnya. Konsumen yang tidak punya waktu atau tidak sabar
dalam menghadapi sistem telepon elektronik yang membingungkan akan menutup teleponnya.
Konsumen yang pesanannya hilang, yang produknya
rusak, faktur tagihannya salah hitung, yang bunganya tidak mekar, adalah
konsumen yang berpotensi untuk “lari”.
Baru-baru ini suatu jaringan ritel besar mengalami kebangkrutan,
membuat ribuan orang menjadi pengangguran. Jaringan ritel tersebut bangkrut
karena berbagai alasan, antara lain manajemen yang tidak kompeten, strategi
yang tidak efektif, pelatihan pegawai yang buruk, dan karena konsumen menjauhdari toko dan personel toko dari jaringan ritel tersebut. Suatu kunjungan ke salah
satu toko dari jaringan ritel tersebut menunjukkan pada kita penyebab kebangkrutannya.
Seorang konsumen yang berencana membeli seratus peralatan rumah tangga (untuk
subdivisi rumah yang baru) membuat janji dengan manajer toko untuk mengunjungi
toko tersebut setengah jam lebih awal dari waktu buka reguler. Pada saat dating
tepat tiga puluh menit sebelum toko buka, konsumen itu mendapati pintu toko
terkunci. Sang manajer toko tidak tampak batang hidungnya. Mengintip lewat kaca
jendela, konsumen itu mendapati dua orang pegawai sedang mengobrol dan minum
kopi. Dengan mengetukkan kunci ke jendela kaca, si konsumen berhasil menarikperhatian dua pegawai tersebut. Salah seorang pegawai menunjuk ke jam tangannya
dan dengan angkuh mengisyaratkan kata: "Kami tutupl" secara
berlebihan. Pegawai yang lain mengacungkan sepuluh jari, untuk menyatakan pada
si konsumen yang telah siap, penuh minat, dan mampu membeli itu, bahwa toko
buka pada jam 10.00. Bangga dengan usaha edukasinya, kedua pegawai tersebut melenggang
pergi.
Konsumen ini membawa bisnisnya ke perusahaan lain yang
berterima kasih dengan pesanannya. Konsumen ini memecat kedua pegawai tersebut,
manajer toko yang hilang tanpa jejak, dan rekan-rekan mereka pada hari itu.
Beberapa bulan kemudian, dua peminum kopi tadi, dan 19.998
rekan sekerjanya, tidak memiliki konsumen, tanpa toko, dan tanpa gaji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar