Model perilaku konsumen - Para pemasar bisnis-ke-bisnis, perusahaan-perusahaan baru,
dan bahkan perusahaan-perusahaan berbasis teknologi kini lebih dan lebih
menyadari lagi apa yang telah diketahui perusahaan barang kemasan sejak tahun
1900: Namum merek adalah penting; sedemikian penting sehingga Menjadi aset
intelektual yang paling berharga bagi perusahaan. Akan tetapi, banyak
perusahaan tidak memiliki keahlian pengembangan nama merek yang bias langgeng,
yang diperlukan untuk bisa berhasil dalam menyiasati persoalan strategis yang penting ini. Sering
kali, perusahaan menamai produk mereka berdasarkan skema internal (seperti
sistem penomoran) atau akronim (singkatan) yang menyingkat beberapa jargon
perusahaan. Berikut ini adalah beberapa petunjuk yang bisa digunakan dalam
merancang dan menamai produk serta layanan baru:
1.
Pada akhirnya setiap
produk memiliki nama mungkin berupa nomor atau kode, tetapi tetaplah nama jadi,
mengapa tidak sekalian saja memberinya nama yang baik; nama yang membantu
mendapatkan dan menjaga konsumen?
2.
Jangan gunakan
kategori produk atau jasa sebagai nama merek. Misalnya, “televisi resolusi tinggi'
atau 'es krim rendah-kalori” bukanlah nama merek; itu adalah kategori produk.
3.
Jangan namai produk
dengan inisial, terutama inisial yang mempakan akronim jargon intemal. Biarkan
pasar yang memilih untuk menggunakan inisial (misalnya, ESPN).
4.
Apakah Anda “suka”
atau *tidak suka' pada suatu nama merek, bukanlah kriteria untuk memilih nama.
Pemilihan nama merek bukanlah kontes popularitas nama di antara para manajer.
5.
Kriteria utama untuk
nama merek adalah penetapan posisi produk (positioning). Positioning itu
sendiri merupakan suatu penerapan pemasaran intelektual pada tingkat tertinggi.
Banyak perusahaan, termasuk agen periklanan, tidak benar-benar mengerti konsep
positioning. Positioning dimulai dengan memahami segmen target Anda dan
mengetahui persepsi konsumen terhadap produk substitusi milik pesaing.
6.
Oleh karena itu, pada
saat menilai apakah nama merek yang diusulkan adalah “tepat atau melenceng dari
strategi', Anda benar-benar menilai nama tersebut berdasarkan positioning
statement yang disusun sangat cermat dan teruji oleh konsumen. (Contoh
positioning statement yang bagus adalah *TV dinner', “automated teller
machine', `tubeless tire'.)
7.
Nama merek yang
menghubungkan / mengasosiasikan produk dengan kategori atau manfaat produk
adalah nama yang bagus (misalnya, Pampers, Loctite, Reflexite, Sealed Air,
Timex, Bufferin).
8.
Nama merek yang
konsisten dengan manfaat utama produk adalah nama yang bagus (misalnya, Healthy
Choice, Surge).
9.
Nama yang menguatkan personalitas dan sifat merek
adalah nama yang bagus (misalnya, Obsession perfume).
10.
Beberapa merek dengan
pemasaran yang kuat menghasilkan nama panggilan dari konsumen yang dengan
sendirinya menjadi nama merek (misalnya, McDonald's = Mickey D's; Budweiser =
Bud; United Parcel Seivice = UPS).
11.
Terkadang, nama merek
yang nontradisional / tidak lazim bagi kategori atau industri produk akan mudah
diingat dan mengurangi biaya penciptaan awareness (misalnya, Apple Computer,
Ben & Jerry`s Ice Cream, Snapple, Yahoo!).
12.
Nama merek tidak harus
berarti sesuatu (misalnya, Kodak, Advil, Exxon).
13.
Nama merek sebaiknya
mudah diingat, mudah diucapkan, legal, dan mudah terbaca.
14.
Selalu uji nama merek
untuk mengetahui sisi negatifnya. Kata-kata tertentu memicu respons negatif
konsumen yang tak terduga. Kata yang salah dapat memicu kebingungan,
ketidaksukaan, atau sentimen. Misalnya, nama merek “Stick-it' yang diusulkan
untuk pensil lem menyebabkan sebagian konsumen prospektif mengasosiasikannya dengan
jarum, penikaman, dan isyarat jalanan yang kurang sopan. Nama merek 'Pop Tails`
yang diusulkan untuk minuman beralkohol dengan rasa soda membingungkan para
konsumen. Mereka tidak tahu apakah produk tersebut pop soda atau cocktail
campur. Perusahaan sepatu besar memperkenalkan sepatu karet yang ditujukan
untuk wanita. Sayangnya, nama merek “Incubus` adalah juga nama roh jahat yang mengganggu
wanita yang sedang tidur! Penggunaan merek tersebut dengan segera dihentikan.
15.
Nama merek yang bagus
tidak akan menjual produk yang buruk. Tetapi produk yang bagus dengan banyak
dukungan pemasaran dapat membangun nama merek yang biasa-biasa saja menjadi
merek yang beroleh loyalitas konsumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar